Saya pertama kali mengenal tabungan bank rasanya TK atau kelas 1 SD, aku ingat mamaku nunjukin buku tabungan tabanas yang bukunya masih di tulis tangan dan warna nya gold dengan cover kendi. Saya lihat buku itu atas nama saya, yang isinya adalah uang salam tempel yang saya dapat ketika lebaran. Tapi saya tidak tahu itu bank nya dimana.
Pengalaman pertama saya ke bank untuk menabung dan buka tabungan yaitu ke Lippo bank yang ada di Arion Mall, jadi saya buka tabungan junior. Semua uang saya di tabanas itu di pindahkan ke Lippo bank. Itu tabungan yang tidak pernah di ambil, jadi bener-bener tabungan hingga umur 17 tahun.
Ketika saya SD, saya tidak mendapatkan uang jajan. Saya baru mendapat uang jajan ketika kelas 3 SD, itupun di kasih mingguan, jadi setiap hari senin saya di kasih Rp. 500 untuk jajan saya selama seminggu itu. Jaman itu setiap anak jajan sekitar Rp. 500 sehari. Jadi saya harus mengatur keuangan saya untuk Rp. 500 itu cukup selama seminggu.
Lalu setiap bulannya saya juga di suruh membuat perencanaan pengeluaran bulanan oleh papa saya. Saya di suruh tulis di secarik kertas uang bulanan saya. Mulai dari berapa Rp. bayaran, trus bayar berenang, ongkos berenang, dll. Lalu papa kasih uang itu dan saya harus mengeluarkan uang itu sesuai keperluannya.
Menulis perencanaan keuangan sebulan itu selalu di lakukan setiap awal bulan. Saya menulis nya di secarik kertas, lalu papa bawa kertas itu dan besok pagi nya akan kasih uang itu ke saya. Namun ketika saya SMP ada perbedaan cara papa saya kasih uangnya. Ketika jaman SD dia kasih uang itu langsung ke saya di rumah, tapi ketika saya SMP, uang bulanan saya itu papa masukkan ke bank. Saya membuka tabungan di Bank Umum Servitia, lokasinya di samping apotik Rini. Itu adalah salah satu bank transaksi papa. Jadi setiap bulan setelah saya kasih secarik kertas itu, papa akan bilang ke saya kalau uang itu sudah di transfer. Lalu setelah itu saya ambil uang itu di bank. Dan papa saya akan tahu kalau saya sudah ambil uangnya, karena para teller itu pasti laporan ke papa saya. Saya lakukan itu setiap bulan, hingga jaman kuliah.
Papa saya jarang sekali kasih uang di tengah bulan, jadi saya benar-benar harus tulis semua keperluan saya di situ. Tambahan uang jajan saya saat itu adalah kalau saya berenang 1km maka saya akan mendapatkan Rp. 1000. Jadi setiap saya berenang saya berenang minimal 1km. Tak jarang juga bisa hingga 2km. Tambahan uang jajan ini juga berlaku bagi uni Tia.
Penerapan menulis pengeluaran bulanan ini di berlakukan untuk kita bertiga, tapi yang dikasih via bank dari SMP rasanya cuma saya. Karena memang kebetulan bank itu sejalan dengan arah sekolah SMP saya. Ketika saya umur 17 tahun saya membuat ATM, di bank servitia dan juga bank Lippo, sehingga memudahkan saya mengambil uang, tidak perlu lagi ke bank.
Ketika saya kuliah, metode ini masih di lakukan, tapi di transfer nya ke BNI, karena hanya ATM BNI yang ada di kampus saya. Tapi ini lebih sulit mengatur uang bulanan, karena saya harus bayar makan setiap hari. Jadi selain buat perencanaan bulanan, saya juga buat pengeluaran aktual saya di buku kecil. Awalnya sih bisa mencatat setiap hari, tapi lama kelamaan beberapa hari sekali, seminggu sekali, sebulan sekali.
buku pengeluaran |
halaman 1 - sept 1998 |
catatan lain |
Saya masih suka mencatat pengeluaran ini hingga tahun 2005-2006. Setelah bekerja malah malas mencatat. :p Tapi yang pasti dengan didikan seperti ini membuat saya lebih bisa mengatur keuangan, walaupun katanya antara hemat dan pelit beda tipis hehehe....
No comments:
Post a Comment