Kalau kata orang menikah itu akan merubah kehidupan, menurut
saya hamil dan memiliki anak lah yang sangat merubah kehidupan. Waktu masih
berdua saja dengan suami rasa masih sama hanya penyesuaian sedikit saja karena
kami termasuk sama-sama independent.
Kehidupan saat kehamilan mulai berubah apalagi saya termasuk
yang mabok berat ketika hamil. Kehadirnya Amira lah yang merubah semuanya.
Kehidupan saya sepertinya sudah untuk Amira. Saya memutuskan untuk berhenti berkarir pada akhir November
2015. Beberapa orang menyayangkan keputusan saya, seperti WA mantan bos saya
ketika mengetahui pilihan saya bilang “Ga sayang yan? Kan kamu pintar?” tapi
Alhamdulillah keluarga inti saya mendukung keputusan ini.
Memang menjelang resign ada ketakutan tidak punya uang
sendiri seperti saat bekerja yang punya uang berlebih untuk ini itu. Tapi saya
yakin rejeki itu akan datang dari arah yang tak terduga. Saya hanya memantapkan hati untuk Lillahi
Ta’ala mengurus anak dan keluarga. Idealnya sih punya usaha tapi saya belum
kepikiran mau usaha apa.
Sistem pendukung alias asisten rumah tangga memang berperan
penting. Tidak adanya orang untuk mengasuh anak saya ketika saya kerja yang
memicu saya untuk berhenti. Suster yang sudah cocok dengan Amira memutuskan
menikah dan lalu hamil sehingga dia minta berhenti setelah lebaran 2015.
Setelah itu lah Amira gonta ganti pengasuh. Selain itu ibu saya kecelakaan
jatuh sehingga kakak saya harus menjaga ibu saya dan saya harus pindah ke rumah
sendiri yang sebelumnya saya tinggal bersama ibu dan kakak-kakak saya. Saya tidak percaya dengan pengasuh baru
kalau nanti tinggal di rumah sendiri dan amira tanpa pengawasan orang
terpercaya.
Situasi kantor juga menjadi pemicu, kantor ganti management.
Dimana management sebelumnya sangat friendly dengan ibu pekerja, sedangkan baru
tidak. Bos baru juga demanding
sekali. Jadilah saya membulatkan tekad untuk menjadi Ibu Rumah Tangga.
Alhamdulillah sudah 4 bulan saya di “rumah” saja. Rata-rata
teman saya tanya bagaimana kondisi saya apakah bosan atau tidak? Alhamdulillah
di rumah saja itu juga pembelajaran hidup baru untuk saya yang selama ini
selalu “melala” dan tidak betah kalau dirumah saja. Saya belajar menikmati
kehidupan sekarang, belajar menghandle
tantrum amira, belajar bermain dengan amira, belajar masak, belajar menata
rumah.
Memang sekarang Amira jadi “lengket” banget dengan saya.
Kadang saya mandi pun ditangisi didepan pintu, saya pipis dan pup pun minta
pangku. Sampai sekarang pun mau disapih susah sekali karena maunya saya
“weaning with love”.
Ada juga teman saya yang bertanya ada rencana untuk bekerja
lagi ga? Mmm untuk sementara ini sih belum ada niatan. Kalau pun iya kerja
lagi, lokasi kerja serta posisi menentukan. Area rawamangun, pulogadung atau
kelapa gading masih bisa di pertimbangkan dan harus flexi hour atau partimer.
Yang pasti sudah tidak bisa lagi masuk jam 8 pagi hehehe.
Menjadi ibu pekerja atau ibu “stay at home” itu memang pilihan dan
tergantung situasi kehidupan masing-masing. Tidak perlu menghakimi mana yang
lebih baik. Karena semua ibu ingin memberikan terbaik untuk anaknya.
Yaan, bener2 brave decision yah! I knew you were so independent, never thought you will be real stay at home mom. Insya Allah keputusan terbaik. Dan pintu rejeki Insya Allah selalu terbuka dari mana aja yah... Semoga Amira jadi anak kebanggaan selalu yahhh;))
ReplyDeleteAamiiin des, lg mikir2 harus produktif walaupun drmh nih skg selain ngurus amira... 😊
Delete