Friday, March 25, 2016

Ketika memilih menjadi "Stay at home" Mom

Kalau kata orang menikah itu akan merubah kehidupan, menurut saya hamil dan memiliki anak lah yang sangat merubah kehidupan. Waktu masih berdua saja dengan suami rasa masih sama hanya penyesuaian sedikit saja karena kami termasuk sama-sama independent.

Kehidupan saat kehamilan mulai berubah apalagi saya termasuk yang mabok berat ketika hamil. Kehadirnya Amira lah yang merubah semuanya. Kehidupan saya sepertinya sudah untuk Amira. Saya memutuskan untuk berhenti berkarir pada akhir November 2015. Beberapa orang menyayangkan keputusan saya, seperti WA mantan bos saya ketika mengetahui pilihan saya bilang “Ga sayang yan? Kan kamu pintar?” tapi Alhamdulillah keluarga inti saya mendukung keputusan ini.

Memang menjelang resign ada ketakutan tidak punya uang sendiri seperti saat bekerja yang punya uang berlebih untuk ini itu. Tapi saya yakin rejeki itu akan datang dari arah yang tak terduga. Saya  hanya memantapkan hati untuk Lillahi Ta’ala mengurus anak dan keluarga. Idealnya sih punya usaha tapi saya belum kepikiran mau usaha apa. 

Sistem pendukung alias asisten rumah tangga memang berperan penting. Tidak adanya orang untuk mengasuh anak saya ketika saya kerja yang memicu saya untuk berhenti. Suster yang sudah cocok dengan Amira memutuskan menikah dan lalu hamil sehingga dia minta berhenti setelah lebaran 2015. Setelah itu lah Amira gonta ganti pengasuh. Selain itu ibu saya kecelakaan jatuh sehingga kakak saya harus menjaga ibu saya dan saya harus pindah ke rumah sendiri yang sebelumnya saya tinggal bersama ibu dan kakak-kakak saya.  Saya tidak percaya dengan pengasuh baru kalau nanti tinggal di rumah sendiri dan amira tanpa pengawasan orang terpercaya.

Situasi kantor juga menjadi pemicu, kantor ganti management. Dimana management sebelumnya sangat friendly dengan ibu pekerja, sedangkan baru tidak.  Bos baru juga demanding sekali. Jadilah saya membulatkan tekad untuk menjadi Ibu Rumah Tangga.

Alhamdulillah sudah 4 bulan saya di “rumah” saja. Rata-rata teman saya tanya bagaimana kondisi saya apakah bosan atau tidak? Alhamdulillah di rumah saja itu juga pembelajaran hidup baru untuk saya yang selama ini selalu “melala” dan tidak betah kalau dirumah saja. Saya belajar menikmati kehidupan sekarang,  belajar menghandle tantrum amira, belajar bermain dengan amira, belajar masak, belajar menata rumah.

Memang sekarang Amira jadi “lengket” banget dengan saya. Kadang saya mandi pun ditangisi didepan pintu, saya pipis dan pup pun minta pangku. Sampai sekarang pun mau disapih susah sekali karena maunya saya “weaning with love”.

Ada juga teman saya yang bertanya ada rencana untuk bekerja lagi ga? Mmm untuk sementara ini sih belum ada niatan. Kalau pun iya kerja lagi, lokasi kerja serta posisi menentukan. Area rawamangun, pulogadung atau kelapa gading masih bisa di pertimbangkan dan harus flexi hour atau partimer. Yang pasti sudah tidak bisa lagi masuk jam 8 pagi hehehe.

Menjadi ibu pekerja atau ibu “stay at home” itu memang pilihan dan tergantung situasi kehidupan masing-masing. Tidak perlu menghakimi mana yang lebih baik. Karena semua ibu ingin memberikan terbaik untuk anaknya. 

2 comments:

  1. Yaan, bener2 brave decision yah! I knew you were so independent, never thought you will be real stay at home mom. Insya Allah keputusan terbaik. Dan pintu rejeki Insya Allah selalu terbuka dari mana aja yah... Semoga Amira jadi anak kebanggaan selalu yahhh;))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiiin des, lg mikir2 harus produktif walaupun drmh nih skg selain ngurus amira... 😊

      Delete